BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Salah satu masalah pendidikan
yang dihadapi Indonesia adalah mutu pendidikan. Sampai saat ini, mutu
pendidikan Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara maju dan
berkembang lainnya. Rendahnya mutu pendidikan, berimplikasi pada rendahnya
Sumber Daya Manusia (SDM) (Anik, 2010). Rendahnya SDM, mengakibatkan kurang
kompetitifnya Bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi.
Menurut Degeng (dalam Anik 2010), manusia yang dapat ‘hidup’ di abad 21 adalah
manusia yang kompetitif, cerdas, dan siap menghadapi perubahan. Oleh karena
itu, dunia pendidikan mendapatkan sorotan tajam untuk menghasilkan SDM yang
berkualitas.
Kualitas seseorang dalam hal
ini peserta didik khususnya siswa Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh proses
pembelajaran yang diperoleh. Kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien
menjadi hal yang penting untuk di aplikasikan. Pengaplikasian materi pelajaran
oleh narasumber (guru) menuntut adanya penerimaan yang jelas oleh siswa. Tanpa
ada respons atas stimulus yang diberikan, mustahil materi yang disampaikan
dapat dipahani optimal oleh peserta didik. Senada dengan usaha yang dilakukan
oleh seorang pendidik (guru), pemerintah dalam hal ini telah melakukan berbagai
cara untuk meningkatkan mutu pendidikan sains di Indonesia. Usaha yang dilakukan
berupa pengembangan model-model pembelajaran, pengembangan media pembelajaran,
penataran bagi guru, penyediaan sarana-prasarana yang menunjang pembelajaran
sains, dan pelatihan-pelatihan (Depdiknas, 2004; Ida, 2008; Anik 2010).
Pengembangan model
pembelajaran, penggunaan media serta pelatihan yang dilakukan tentu membutuhkan
suasana belajar yang baik. Trends
International Mathematics and Sciences Study (TIMSS), lembaga yang mengukur
hasil pendidikan di dunia, melaporkan bahwa kemampuan sains peserta didik SD
Indonesia berada pada peringkat ke-32 dari 38 negara Nurhadi, et al., 2004 (dalam Anik, 2010). Laporan
Programme For International Student
Assessment (PISA) 2003, menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei,
untuk bidang sains, Indonesia menempati peringkat ke-38 (Depdiknas, 2005:36;
Anik, 2008). Hasil ini tentu bukan hal yang mengembirakan mengingat usaha
optimal sudah dilakukan. Kekurang sempurnaan hasil ini, tidak menutup
kemungkinan karena suasana belajar yang kurang mendukung sebagai salah satu
bentuk penunjang proses belajar mengajar. Suasana belajar mencangkup keadaan
ekstern (lingkungan) dan keadaan intern (fisik) pendidik dan peserta didik.
Untuk tetap menjaga kestabilan kondisi tersebut, perlukan dilakukan beberapa
kegiatan yang mampu menjaga bahkan meningkatkan kondisi tersebut. Kegiatan yang
dimaksud adalah pendidikan mengenai usaha untuk tetap menjaga kebugaran
jasmani. Hal ini penting dilaksnakan mengingat dengan kondisi fisik yang baik,
tidak hanya pendidik tetapi juga para siswa akan dapat melaksanakan kegiatan
belajar mengajar (KBM) untuk menghasilkan output
berupa insan cerdas berkarakter guna kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Dengan
demikian mengajarkan pendidikan jasmani kepada peserta didik menjadi salah satu
strategi dalam meningkatkan kondisi esensial belajar mengajar di dalam kelas.
Berdasarkan uraian diatas,
diperlukan suatu bentuk realisasi nyata untuk dapat menunjang sekaligus
meningkatkan kualitas belajar siswa. Bentuk usaha yang dimaksudkan dapat berupa
pengoptimalan berbagai teori-teori dan praktik langsung terkait dengan
pendidikan jasmani. Menyimak lebih dalam mengenai hal yang dipaparkan di atas,
penulis bermaksud memberikan sebuah gagasan berupa pembuatan karya tulis (makalah)
yang berjudul “Permainan Bola Kasti”.
Karya tulis ini diharapkan mampu membeberikan tambahan informasi kepada pembaca
khususnya mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu
Pendidikan UNDIKSHA mengenai pendidikan jasmani terutama mengajarkan teknik
permainan bola kasti dalam aplikasi pendidikan jasmani di SD nantinya.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Apakah yang dimaksud dengan permainan bola
kasti?
2.
Bagaimanakah peraturan dalam permainan bola
kasti?
3.
Bagaimanakah taktik dan takti dalam permainan
bola kasti?
1.3
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan uraian rumusan
masalah di atas, maka dapat diuraikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan
karya tulis ini sebagai berikut.
1.
Mendeskripsikan pengertian permainan bola kasti.
2.
Mendeskripsikan peraturan dalam permainan bola
kasti.
3.
Mendeskripsikan taktik dan taktik dalam
permainan bola kasti.
1.4
Manfaat
Manfaat
yang diharapkan dari luaran karya tulis ini sebagai berikut.
1.
Bagi Mahasiswa
Mampu dipahaminya pengertian dan deskripsi mengenai permainan bola
kasti, sehingga mampu menciptakan pemahaman yang lebih mendalam mengenai permainan
bola kasti untuk anak SD.
2.
Bagi Penulis
Menambah pemahaman mengenai permainan bola kasti untuk dapat dilakukan
implementasi dalam konteks belajar mengajar di bangku perkuliahan.
3.
Bagi Pembaca
Menambah wawasan baru mengenai permainan bola
kasti dalam konteks pembelajaran siswa SD.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Permainan Kasti
Permainan kasti merupakan salah satu
cabang olahraga permainan yang sangat populer di Indonesia jauh sebelum zaman
penjajahan Jepang. Bahkan
pada zaman Belanda juga sudah dikenal masyarakat. Pada waktu itu permainan
kasti sering dipertandingkan dalam kejuaraan antar sekolah, sehingga permainan
ini sangat dikenal dan diajarkan di sekolah-sekolah dasar maupun menengah dan
bahkan di masyarakat. Oleh
karena itu, permainan kasti dikenal sebagai permainan tradisional. Pada acara
nasional permainan ini pernah dipertandingkan, tetapi belakangan ini mulai
kurang dikenal dan terpingirkan
akibat muncul dan berkembangnya teknologi yang semakin menganaktirikan
permainan tradisional.
Apabila kita perhatikan dari sifat
permainan, ada yang berpendapat negatif, yaitu akan menjadikan anak dendam terhadap teman yang menjadi lawan mainnya. Ini
mungkin saja terjadi bila di sekolah itu guru hanya memberikan permainan kasti tanpa
mempertimbangkan aspek pendidikan jasmani, sehingga guru tidak melaksanakan
pendidikan jasmani melalui permainan
kasti.
2.2 Peraturan dalam Permainan Kasti
Peraturan
permainan kasti di Indonesia
sebenarnya sudah disusun yang ada sekarang ini. Akan tetapi karena tidak ada
induk organisasinya, maka peraturan kasti ini banyak dimodifikasi oleh daerah-daerah
sehingga beberapa peraturan sedikit berbeda. Walaupun demikian peraturan
permainan ini dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan permainan.
A.
Lapangan Kasti Dua
Tiang Hinggap
Lapangan kasti berbentuk persegi panjang dengan luas ± 60 x
30 m (tidak mutlak).
5 m dari panjang
lapangan digunakan untuk ruangan penjaga belakang, pemukul, pelambung, dan
tempat pemain pemukul. Lapangan dilengkapi dengan tiang penyelamat dengan jarak
5 m dari garis pemukul dan garis samping. Sedangkan tiang hinggap ada 2 buah, masing-masing
10 m dari tiang lainnya, 10 m dari garis belakang dan 5 m dari garis samping.
Semua
garis batas dinyatakan dengan kapur, tali, bilah, atau dengan cara menggali
tanah tidak lebih dari 3 cm. Pada keempat sudut lapangan dan pertengahan garis
samping dipasangkan bendera. Tinggi tiang bendera sekurang-kurangnya 1,5 m dari
tanah. Dalam pertandingan, di luar garis (batas) harus ada tanah kosong dengan lebar
sekurang-kurangnya 5 m, sedang untuk di luar garis sebelah kiri 10 m. Penonton
harus berada di luar tanah kosong tersebut.
Bendera disiapkan untuk setiap sudut lapangan dan tanda
tengah lapangan.
Untuk tiang hinggap juga terdiri dari tiang yang diberi bendera yang tidak
mudah tercabut sewaktu pelari memegangnya.
B.
Kayu Pemukul
Kayu
pemukul terbuat dari kayu yang panjangnya 50 – 60 cm. Penampang bulat telor
(oval), lebar tidak lebih dari 5 cm, dan tebal 3,5 cm. Panjang pegangannya
antara 15 – 20 cm, tebal 3 cm, dan boleh dibalut. Kayu pemukul tidak boleh
diganti dengan bahan logam atau benda lainnya. Setiap regu dibenarkan
menggunakan kayu pemukulnya masing-masing, asal memenuhi syarat yang tersebut
di atas.
C.
Bola
Bola yang digunakan adalah bola
kasti, terbuat dan karet atau kulit, dengan ukuran lingkaran 19 – 20 cm, dan
beratnya 70 – 80 gram. Bola yang terlalu tinggi pantulannya seperti bola tenis
tidak baik untuk kasti. Yang terbaik adalah bola yang tidak terlalu kenyal dan
tidak terlalu keras.
D.
Lama Bermain
Lama
pertandingan kasti sekurang-kurangnya 2 x 20 menit dan selama-lamanya 30 menit,
dan tidak terhitung waktu istirahat ± 10 menit.
E.
Regu
Setiap
regu terdiri atas 12 orang pemain. Salah seorang ditunjuk menjadi (kapten)
regu. Semua pemain memakai nomor dada yang tampak jelas. Sebelum pertandingan
dimulai, kapten regu menyerahkan daftar nama pemain dengan nomor urutnya kepada
wasit. Giliran memukul bola berdasarkan urutan nomornya. Selama pertandingan
urutan nomornya tidak boleh diubah. Wasit membolehkan adanya penggantian
seorang pemain.
F.
Wasit
Sama
seperti permainan lainnya, wasit bertugas memimpin jalannya pertandingan. Ia
harus memegang teguh aturan-aturan main dan menjaga agar aturan-aturan diikuti
dengan seksama oleh pemain. Petunjuk dan keputusannya adalah mutlak harus
ditaati.
Nilai-nilai
dicatat oleh seorang penulis yang dibantu oleh seorang pembantu, di bawah
pengawasan wasit. Penulis dan pembantunya berdiri di luar lapangan, dekat dengan
batas antara ruang pemukul dan ruang bebas.
G.
Tempat Pemain
Sebelum
pertandingan dimulai, diadakan undian oleh wasit untuk menentukan regu mana
yang akan menjadi regu pemukul atau regu lapangan. Selain dengan cara mengundi,
wasit juga dapat menentukan mana regu pemukul dan regu lapangan dengan suit.
1)
Regu Pemukul
Regu pemukul berkumpul dalam ruang
bebas. Setelah dipanggil nomornya oleh penulis, pemukul mengambil tempat di
dalam bujur sangkar tengah, dan siap untuk memukul. Pelempar
pertama memulai permainan dengan melemparkan bola dari dalam ruangan lempar dan
berusaha melemparkan bola sejauh mungkin dalam daerah lemparan dan tidak keluar
dari lapangan, maka lemparan dianggap betul. Setelah melemparkan bola ia dapat
lari ke tiang 2 bila ia sanggup, tetapi dapat pada tiang 1 sebagai
penyelamat. Bila ia lari ke tiang 2 sebelum sampai ke tiang tersebut ia
dilempar oleh regu penjaga dan tidak kena maka ia boleh kembali masuk ke ruang
bebas dan ia memperoleh nilai 2 kalau itu hasil lemparannya sendiri dan nilai 1
bila lemparan temannya.
Tetapi bila ia
kena maka terjadi penggantian permainan tidak bebas, penjaga lapangan dapat
nilai 1 bila ia
berhasil menangkap bola lemparan dari pelempar. Pemain akan diganti dengan
tidak bebas, kalau regu pelempar
kena lemparan yang sah oleh salah seorang regu lapangan.
2)
Regu Lapangan
Anggota regu lapangan menempati
tempatnya yang telah ditentukan sebelumnya oleh pemimpin regu. Mereka
dibenarkan berdiri di mana saja di luar atau di dalam lapangan, dengan
ketentuan:
a.
Tidak
boleh berdiri di ruang bebas
b.
Tidak
boleh ada pemain lain di dalam ruang pemukul, kecuali pelambung dan
pembantunya,
c.
Jalan
lurus dan ruang pemukul ke tiang pertolongan tidak boleh dirintang.
H.
Peringatan
Bila
pemukul menunjuk suatu tempat lambungan bola, pelambung harus memenuhinya. Bila
pemukul tidak menunjuk tempat lambungan, bola yang memenuhi syarat harus
dipukul. Pemukul tidak boleh meminta lambungan bola di luar (melewati garis
pukul) ruang pukul.
I.
Banyaknya Pukulan
Setiap
anggota dari regu pemukul hanya berhak atas satu pukulan saja. Pembebas adalah
pemain dan regu pemukul yang mendapat giliran memukul pada saat anggota regu
lainnya sedang berdiri di dalam lingkaran tiang pertolongan atau tiang bebas.
Ia mendapat hak memukul 3 kali.
J.
Mendapat Nilai
Seorang
pemukul mendapat nilai 2, bila dapat lari dari ruang pemukul ke tiang bebas dan
kembali ke ruang bebas dengan selamat, atas pukulannya sendiri. Jika perjalanan
kembali ke ruang bebas dilakukan dalam 2 atau 3 bagian dan pukulannya betul,
maka pelari akan mendapat nilai 1.
Setiap
anggota regu lapangan akan mendapat nilai 1 bila dapat melakukan satu kali
tangkap bola. Bila pada akhir pertandingan jumlah nilai kedua regu sama besar,
maka regu yang mendapat nilai lari terbanyak yang dinyatakan menang.
K.
Meninggalkan Ruang Bebas
Keluar dan
ruang bebas dengan maksud akan turut bermain (ada dugaan akan terjadi
pertukaran tidak bebas), tidak dibenarkan. Hukuman atas pelanggaran ini,
dinyatakan “pertukaran bebas”.
L.
Bola Tangkap
Setiap
bola yang terpukul dan dapat ditangkap oleh pemain lapangan sebelum mengenai
tanah, dinyatakan sebagai bola tangkap, dan penangkap mendapat nilai 1.
M.
Pukulan Betul atau Salah
Pukulan dikatakan betul bila bola dipukul melewati garis pukul dan menyentuh
tanah pada lapangan
atau tidak keluar lapangan. Pelari tidak diperbolehkan lari ke tiang bebas, tetapi
ia harus berhenti di tiang pertolongan sampai salah seorang temannya memukul
bola.
N.
Melanjutkan Lari
Pelari yang dengan pukulan salah berada pada tiang
pertolongan, ia dapat melanjutkan larinya bila ada giliran pukulan dari temannya. Ia boleh
terus lari pada tempat yang dituju.
O.
Bola Mati
Bola dikatakan mati apabila: Bola sudah pada
tangan pelambung,
pukulan salah, bola hilang, dan terjadi
pertukaran bebas.
P.
Bola dalam Permainan
Bola dalam permainan bila: Sehabis memukul, Sesudah pukulan
luncas (salah) lalu bola
dimainkan oleh regu lapangan,
ada tanda dari wasit.
Q.
Bola hilang
Bola hilang kalau bola tidak dapat diambil regu lapangan,
atau bola jauh ke daerah penonton, dan peluit wasit menentukannya.
R.
Bertukar Tempat Bebas Tidak Bebas
Apabila regu pemukul kena lemparan maka saat itu regu
pemukul langsung menjadi regu lapangan, dengan segera ia dapat melempar
lawannya yang berusaha untuk menyelamatkan dirinya ke ruang bebas serta tiang
pertolongan. Pertukaran juga bisa terjadi bila regu pemukul memegang bola
walaupun pada saat menerima bola yang akan dipukul. Begitu juga halnya bila
pemain lapangan sudah masuk lebih dulu ke dalam ruangan bebas sebelum temanya
melempar
(lemparannya
tidak sah), atau regu pemukul lebih dulu ke luar sebelum temannya akan dilempar.
Pertukaran bebas terjadi bila:
·
Regu lapangan memiliki 3 bola tangkap
dalam satu babak
·
Pukulan pembebas tidak berhasil dan
dibakar oleh regu lapangan
·
Pemukul ke luar ruang
bebas tidak untuk memukul
·
Kayu pemukul lepas
·
Pelari yg tidak menyentuh tiang bebas
masuk kembali ke ruang bebas.
2.3
Teknik dan Taktik Permainan Kasti
A.
Teknik Individu
Dalam keterampilan
individu semua
permainan kecil
yang menggunakan bola kecil
hampir sama, hanya saja dalam permainan kasti dengan 2 tiang hinggap
adalah dasar permainan untuk mempergunakan taktik bermain bagi individu, tetapi
taktik ini juga sangat berhubungan dengan keterampilan dasar yang sudah dikuasainya, yang akan
menimbulkan kepercayaan diri dalam melakukan suatu taktik, yaitu bagaimana
menghindari lemparan regu lapangan sehingga sulit untuk dilempar. Adapun teknik
perorangan permainan kasti secara umum:
1.
Teknik jalan dan lari.
2.
Teknik melempar.
3.
Teknik menangkap.
4.
Teknik melambungkan.
5.
Teknik memukul.
6.
Teknik mengelak (membungkuk, melompat, meliuk).
Teknik dan taktik dalam permainan kasti yang utama bagi
regu pemukul adalah; sudah menguasai teknik memukul yang baik sehingga ia dapat
mengarahkan bolanya kemanapun yang ia suka, yaitu dengan
membentuk posisi kakinya dan mengarahkan bahu ketempat sasaran yang akan
dituju. Mungkin bola akan dipukul kuat, pelan, dan mungkin hanya menyentuhkan
pemukulnya saja
pada bola dan
kemudian ia akan melanjutkan dengan teknik berlari yang baik, apakah ia akan
berlari berbelok-belok atau membungkuk atau juga melompat.
B.
Taktik Regu Lapangan
Taktik bagi regu lapangan adalah
menjaga bola yang datang padanya dapat ditangkap dengan baik sehingga dapat
menghasilkan satu nilai. Di samping teknik menangkap bola yang datang padanya sebagai
kiriman dari temannya untuk dilanjutkan melempar pelari yang sedang berlari.
Bagi mereka yang mempunyai keyakinan lemparannya tidak akan menghasilkan maka
ia akan mengirim bola pada temannya, dan mereka akan mengepung lawannya. Jadi
usaha regu penjaga adalah bagaimana agar regu pemukul dapat dilempar atau
seluruh bola yang dipukulnya dapat ditangkap, dan dapat melempar regu pemukul.
2.4
Tujuan
dan Manfaat Bermain Kasti
Tujuan dan manfaat bermain kasti bagi
pendidikan jasmani antara lain:
1)
Melestarikan budaya olahraga tradisional
bangsa kita.
2)
Dapat mengembangkan berbagai macam fungsi
tubuh.
3)
Meningkatkan sikap sportivitas antar
pemain atau teman.
4)
Meningkatkan pengetahuan peraturan
permainan.
5)
Mengembangkan kemampuan penggunaan
strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi.
6)
Dapat menjalin hubungan persahabatan dan
kerjasama yang baik
7)
Belajar berkomunikasi dan bekerja sama
dengan orang lain.
8)
Memberikan saluran untuk mengekspresikan
diri dan kreativitas.
9)
Mengembangkan kemampuan penggunaan
strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas suatu permainan.
10) Mendapatkan
olahraga yang murah meriah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka dapat ditarik simpulan-simpulan sebagai berikut.
1.
Permainan
kasti dikenal sebagai permainan tradisional yang merupakan
salah satu cabang olahraga permainan yang sangat populer di Indonesia jauh
sebelum zaman penjajahan Jepang dan sempat diadakan kejuaraan
nasional yang akhir-akhir ini keberadaan sedikit berkurang.
2.
Pada
awalnya peraturan bola kasti sudah diatur di Indonesia, akan tetapi
karena tidak ada induk organisasinya, maka peraturan kasti ini banyak
dimodifikasi oleh daerah-daerah sehingga beberapa peraturan sedikit berbeda.
3.
Untuk dapat melaksanakan permainan bola kasti
dengan baik diperlukan taktik dan teknik individu dan regu penjaga lapangan
(kelompok).
3.2 Saran
Permainan kasti
ini ada yang berpendapat agak negatif, salah satunya yaitu akan menjadikan anak
dendam terhadap teman
yang menjadi lawan mainnya. Ini mungkin saja terjadi bila di sekolah itu
guru hanya memberikan permainan kasti tanpa mempertimbangkan aspek pendidikan
jasmani, sehingga guru tidak melaksanakan pendidikan jasmani melalui permainan kasti.
DAFTAR PUSTAKA
Anik,
dkk. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum dan Seting Kooperatif Terhadap
Hasil Belajar Sains Siswa Kelas V SD. Singaraja: Tidak diterbitkan.
Anonim. 2011. Permainan Bola Kasti. Tersedia pada. tugas2kuliah.wordpress. com/2011/12/16/makalah-keolahragaan-permainan-bola-kasti/
diunduh tanggal 16 Maret 2013.
http://ajiezaenulamry.blogspot.com/2015/08/makalah-tentang-permainan-bola-kasti.html
Perminan kasti sudah menjadi tradisi
BalasHapusizin copy
BalasHapusAku ijin copy buat tugas, terima kasih😀😀
BalasHapus