BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Wayang dikenal
sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat
Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang
disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca
atau gambar.
Wayang
merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan
Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003,
sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan
warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible
Heritage of Humanity).
Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang
dengan memakai kostum, yang dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang
yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan
dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang
dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya berasal dari Mahabharata dan
Ramayana.
Pertunjukan
wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri, dengan demikian
wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita,
gaya dan dalang yang luar biasa.
Kadangkala
repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam)
dipentaskan pula.
Wayang,
oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat dalam. Sunan
Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan Wayang. Para Wali
di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama
Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah,
dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama
lain. Yaitu "Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit)
harus dicari (Wayang Golek)".
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
asal mula adanya wayang golek?
2.
Apa
saja jenis-jenis wayang golek?
3.
Bagaimana
cara pembuatan wayang golek?
4.
Nilai
budaya apa saja yang terkandung dalam kesenian wayang golek?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
sejarah asal mula adanya wayang golek
2.
Mengetahui
jenis-jenis wayang golek
3.
Mengetahui
cara pembuatan wayang golek
4.
Mengetahui
nilai budaya yang terkandung dalam kesenian wayang golek
D.
Manfaat
1.
Mengenal
dan mengapresiasi salah satu budaya tradisional, yaitu seni wayang golek.
2.
Meningkatkan
kecintaan terhadap kesenian tradisional, terutama yang berasal dari daerah
sendiri.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Asal mula
wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap,
baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari
wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit.
Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan
Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat
dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan
bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah
70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro.
Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir.
Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit
sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut
sebagai wayang golek.
Pada
mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan
wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada
sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di
daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena
bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang
cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah
Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama
Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang
golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).
Kelahiran
wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada
masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging
wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat
wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan
berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran
Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan
wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-19.
Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya
jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang
bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa.
Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah
bahasa Sunda.
B.
Jenis-jenis
Wayang Golek
Ada tiga
jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa,
dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di
Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang
golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan
Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern
seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam
pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik
tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern.
Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep
Sunandar tahun 1970--1980.
C.
Pembuatan
Wayang
golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah
dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk
mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan
cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang
merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh.
Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah,
putih, prada, dan hitam.
D.
Nilai
Budaya
Wayang
golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata,
tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat
pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati
pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut
dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa
Barat". Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah
para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung.
Isinya antara lain sebagai berikut: Satu: Seniman dan seniwati
pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya. Dua:
Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik dalam
bentuk ucapan maupun tingkah laku. Tiga: Juru penerang. Karena itu
diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan
segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat. Empat: Sosial
Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala
masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan
masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga
kepribadian sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan tunduk
dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap
adat-istiadat bangsa.
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Wayang dikenal
sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat
Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa pemujaan roh nenek moyang yang
disebut hyang atau dahyang, yang diwujudkan dalam bentuk arca
atau gambar.
Wayang
merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Pulau Jawa dan
Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003,
sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan
warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible
Heritage of Humanity).
Dilihat
dari sudut pandang terminologi ada beberapa pendapat mengenai asal kata wayang.
Pendapat pertama mengatakan wayang berasal dari kata wayangan atau bayangan
yaitu sumber ilham, yang maksudnya yaitu ide dalam menggambar wujud tokoh.
Sedangkan pada pendapat kedua mengatakan kata wayang berasal dari Wad
dan Hyang, artinya leluhur.
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia Wayang berarti sesuatu yang dimainkan ki Dalang berupa
gambar pahatan dari kulit binatang, melambangkan watak-watak manusia.
Dalam
Kamus Bahasa Sunda disebutkan bahwa wayang adalah boneka berbentuk manusia yang
dibuat dari kulit atau kayu, dan lebih ditegaskan lagi pengertian wayang sama
dengan sandiwara boneka.2
Dalam
pengertian luas wayang bisa mengandung makna gambar, boneka tiruan manusia yang
terbuat dari kulit, kardus, seng, mungkin kaca-serat (fibre-glass), atau bahan
dwimatra lainnya, dan dari kayu pipih maupun bulat torak tiga dimensi.
B.
Saran
Dengan telah dibuatnya makalah
kesenian yang berjudul Seni Tari Jaipong semoga dapat bermanfaat bagi kami
khususnya selaku penyusun dan para pembaca umumnya.
Disamping
itu dengan adanya makalah ini semoga para pembaca dapat mengembangkan sekaligus
melestarikan kesenian tradisional dan tentunya dapat menyusun makalah yang
lebih baik dari makalah yang kami buat.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang
http://aftaryan.wordpress.com/2008/03/14/pengertian-wayang/
http://www.windusara.com/info/pengertian-wayang-golek
http://ajiezaenulamry.blogspot.com/2015/08/makalah-tentang-wayang-golek-lengkap.html
http://ajiezaenulamry.blogspot.com/2015/08/makalah-tentang-wayang-golek-lengkap.html
Bisa Main Dari HP !!
BalasHapusSupport IOS & ANDROID
7 Games Dalam 1 User_ID
Menangkan Jackpot Harian S/d Puluhan Juta
Jackpot Global Ratusan Juta
Minimal Deposit Sangat Terjangkau !!
Rp 10,000
hanya di s1288poker
(WA : 08122221680)